25.5 C
Indonesia
Kamis, Mei 22, 2025

Cegah Disintegrasi Bangsa, Penggerak Moderasi Dituntut Memahami Resolusi Konflik Secara Kaffah

Kota Probolinggo (Humas) Strategi Penguatan Moderasi Beragama dengan tema “Konflik Sosial Agama Di Ambon 1999-2002 Dalam Pendekatan Resolusi Konflik Integratif” disampaikan oleh Prof. Dr. M. Arskal Salim, M.Ag. secara Virtual. Senin, (21/11/2022).

Pada kesempatan yang sama peserta menyaksikan Video Konflik Ambon 1999-2002 sebagai ibrah dan pelajaran perenungan bagi peserta penggerak moderasi beragama sehingga akan lahir pemahaman bahayanya konflik kepentingan bisa berakibat pada disintegrasi bangsa.

Dari video tersebut kita ketahui bahwa konflik keagamaan begitu dahsyatnya akibat berita hoax yang menyebabkan terjadinya perang saudara. Padahal sejak 14 abat silam umat Muslim dan Kristen di Ambon bisa hidup berdampingan dengan sebuah kearifan lokal.

Konflik keagamaan Ambon dipicu karena tindakan hoax seorang supir angkot yang diberhentikan preman untuk memberikan uang, akibat sang supir menolak akhirnya bermasalah dan lari ke kaum muslim dan juga ditambah dengan permasalahan hoax lainnya berupa provakasi yang kental dengan pembakaran masjid.

Dahsyatnya kasus ini berjalan sampai 3 tahun yang kalau kita mau melihat lebih mendalam bahwa faktor kesukuan dan kesenjangan ekonomi dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya situasi caos tersebut.

Selain itu adanya etnosentris, kesenjangan ekonomi, politik kekuasaan dan historis yang sengaja dibenturkan penjajah juga hal yang memicu konflik seperti kasus Ambon.

Konflik kecil bisa saja bertransformasi menjadi konflik bernuansa keagamaan.

Ada dua pandangan resolusi konflik yang bisa menjadi tambahan referensi penyelesaian; pertama, Madzhab Struktural di mana agama tidak bisa menjadi solusi karena bukan penyebab konflik karena agama sejatinya mengajarkan kedamaian dan kebaikan.

Agama sebagai trigger oleh karenanya resolusi konflik melalui agama tidak efektif dalam pandangan ini solusi struktural dipandang lebih efektif.

Kedua Madzhab Kultural, agama adalah bagian penting dari resolusi konflik keagamaan karena agama bisa meredam lebih mengenai hati pemeluknya.

Ketika disandingkan dengan dengan kasus Ambon, ada beberapa cara yang telah dilakukan melalui pendekatan keamanan dengan penambahan personil keamanan secara signifikan dengan melibatkan korem-kodim. Diplomasi pemerintah melalui perjanjian Malino I & II. Power sharing jabatan birokrasi dan Pendekatan kombinasi pendekatan struktural dan kultural. Dan nyatanya pendekatan integratif struktural dan kultural terbukti berhasil meredam konflik dan menciptakan perdamaian keagamaan di Ambon

Jadi rekomendasi kita pendekatan terintegrasi bisa digunakan untuk resolusi konflik keagamaan sebagai pencegahan konflik keagamaan sekaligus untuk menjaga keutuhan kebangsaan.

Maka dari itu pemerintah bersama pemuka agama harus bersama-sama berpartisipasi mewujudkan perdamaian sehingga konflik sosial dan keagamaan yang serupa tidak akan terjadi lagi di kemudian hari, tutupnya.(red)

Editor : Ansori

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
spot_img

Latest Articles