Rabu, 31 JUli 2013, Bogor (Pinmas) —- Sekarang ini sudah mulai berkurang Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) yang menjadikan kitab kuning sebagai rujukan utamanya dalam mengajarkan anak-anak tentang ilmu-ilmu agama. Padahal, banyak pesan, nilai, dan ajaran yang terkandung dalam kitab kuning yang bisa menjadi bekal anak-anak dalam menyongosong kehidupan. Maka dari itu, kita perlu mengembalikan tradisi pembelajaran kitab kuning dalam proses belajar mengajar di Madrasah Diniyah Takmiliyah yang banyak berkembang di masyarakat.
Penegasan ini disampaikan oleh Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Ditjen Pendidikan Islam, Ace Saefuddin saat membuka Workshop Penguatan Kompetensi Guru Madrasah Diniyah Takmiliyah, Bandung, beberapa waktu yang lalu.
Menurut Ace Saifuddin, tradisi kitab kuning harus dikembangkan di lingkungan Madrasah Diniyah Takmiliyah. Sebab, lanjut Ace Saifuddin, sejatinnya Madrasah Diniyah merupakan anak kandung dari Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang kuat dengan tradisi kitab kuningnya.
Workshop yang berlangsung selama empat hari ini diikuti oleh 160 guru Madrasah Diniyah Takmiliyah se-Indonesia. Hadir sebagai narasumber KH. Taufiqul Hakim, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Jepara Jawa Tengah, yang juga penemu metode belajar cepat membaca kitab kuning dengan Metode Amtsilati. Melalui metode temuannya, Kyai Taufi berhasil mendidik para santri di pesantrennya dengan cepat bisa membaca kitab kuning yang selama ini dianggap sulit.
“Sebagai tindak lanjut kegiatan ini, Guru Pamong MDT akan dikitim ke Pesantren Darul Falah Jepara di bawah asuhan KH Taufiqul Hakim, untuk memperoleh keterampilan membaca kitab kuning sekaligus dengan metodologinya,” terang Ace Saefuddin.
“Para guru pamong itu nantinya diharapkan bisa mengajarkan kembali kepada para guru yang lain di daerahnya masing-masing sekembalinya dari pesantren,” tambahnya.
Ace berharap upaya menguatkan kembali tradisi kitab kuning sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran di lingkungan MDT dapat segera terwujud. “Ini ditandai salah satunya dengan semakin banyaknya guru MDT yang mampu mengakses kitab kuning sebagai sumber ajarnya,” kata Ace Saifuddin.
Sementara itu, Kasubdit Madrasah Diniyah Takmiliyah, Mamat Selamat Burhanudin menyampaikan bahwa workshop ini memang bertujuan meningkatkan kemampuan guru MDT dalam menggali sumber ajar dari kitab kuning (kutub al turast). Selain itu juga untuk memperkuat kembali tradisi pembelajaran kitab kuning di lingkungan MDT atau yang juga dikenal dengan Sekolah Sore atau Sekolah Arab. (rb)