26.3 C
Indonesia
Kamis, Mei 15, 2025

Rukyatul Hilal, Kemenag Kota Ambil Titik Simpul Di Dermaga Pelabuhan DABN Problinggo

Kota Probolinggo (Humas) Bertempat di Pelabuhan Dermaga Jeti 1 Mayangan Kota Probolinggo, Tim BHR Kementerian Agama Kota Probolinggo menggelar Rukyatul Hilal. Jum’at, (1/4/2022).

Tim terdiri dari Kepala Kemenag Samsur, Kasubbag TU Ahmad Zaini, Jajaran Kasi, Perwakilan Ormas Islam serta tokoh agama setempat.

Pada saat yang sama juga sempat dipantau Tim dari Kanwi Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur.

Kepala Kemenag, menuturkan bahwa kita akan tetap menunggu sidang Isbat Kemenag RI yang di dalamnya tentu akan mempertimbangkan informasi awal berdasarkan hasil perhitungan secara astronomis (hisab) dan hasil konfirmasi lapangan melalui mekanisme pemantauan (rukyatul) hilal.

Rukyatul hilal merupakan pengamatan atau observasi terhadap hilal, yaitu lengkungan Bulan sabit paling tipis yang berkedudukan pada ketinggian rendah di atas ufuk barat pasca Matahari terbenam (ghurub) dan bisa diamati. Cara pengamatannya untuk saat ini terbagi menjadi tiga, mulai mengandalkan mata telanjang, mata dibantu alat optik (umumnya teleskop) hingga yang termutakhir alat optik (umumnya teleskop) terhubung sensor /kamera. Dari ketiga cara tersebut maka keterlihatan hilal pun terbagi menjadi tiga pula, mulai dari kasatmata telanjang (bil fi’li), kasatmata teleskop dan kasat–citra.

Terlihat atau tidaknya hilal sangat bergantung pada sejumlah faktor. Mulai dari parameter Bulan sendiri (berupa tinggi/irtifa’, elongasi dan magnitudo visual), parameter optis atmosfer (konsentrasi partikulat pencemar, uap air dan sebagainya) dan tingkat sensitivitas mata / sensor kamera. Dalam ilmu falak modern, terlihatnya hilal sebagai lengkungan sabit Bulan sangat tipis adalah produk kombinasi antara kecerlangan Bulan sabit terhadap kecerlangan langit senja latar belakang (syafak) dan perbandingan kontras Bulan sabit–langit senja latar belakang terhadap sensitivitas mata / sensor kamera.

Ada dua aspek yang mendasarinya. Yang pertama adalah aspek ibadah. Dalam pandangan mayoritas Ulama pelaksanaan rukyatul hilal merupakan instrumen wajib guna memastikan kapan masuk tanggal 1 bulan kalender Hijriyyah menurut ukuran syara’. Jadi tidak hanya untuk menentukan awal Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha.
Rukyatul hilal guna penentuan awal setiap bulan kalender Hijriyyah sepanjang tahun. Rukyatul hilal selaras dengan pendapat para ulama salafus shaalih, yakni memiliki hukum fardhu kifayah atau bersifat wajib untuk masyarakat (wajib–komunal).

Kita harus saling menghormati penggunaan metode baik hisab maupun rukyah. Metode rukyatul hilal berdasarkan perspektif fiqh. Mengingat sandarannya cukup banyak, mulai dari teks hadits Nabi Muhammad SAW hingga pendapat para ulama salafus shaalih.

Dalam pandangan Mayoritas Ulama, penggunaan hisab (hitungan numerik–matematik) untuk menetapkan awal bulan Hijriyyah (terutama untuk menetapkan awal Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha) adalah tidak cukup jika dilakukan tanpa verifikasi faktual (rukyatul hilal). Sehingga hisab hanya bermakna sebagai hipotesis verifikatif yang belum konklusif. Meskipun menjadi piranti untuk menalar–logiskan sebuah benda langit yang kita kenal sebagai Bulan, namun Bulan itu sendiri memiliki hukum–hukum kehidupannya sendiri yang bisa lepas dari piranti matematis yang menghitungnya.

Dalam sudut pandang ilmiah, hisab yang tanpa verifikasi faktual tidak dapat dianggap memenuhi asas berfikir ilmiah yang bersifat siklik. Hisab sebagai alat bantu dalam pelaksanaan rukyatul hilal. Rukyatul hilal tidak akan bisa diselenggarakan tanpa hisab yang baik.
Lembaga Falakiyah PBNU telah melakukan hisab (perhitungan ilmu falak) terhadap hilal awal Ramadhan 1443 H dengan menggunakan sistem hisab jama’i (tahqiqy tadqikyashri kontemporer) khas Nahdlatul Ulama. Perhitungan ditujukan untuk Jumat Pahing 29 Sya’ban 1443 H yang bertepatan dengan tanggal 1 April 2022 M. Markaz nasional ditentukan di Gedung PBNU Jl. Kramat Raya Jakarta Pusat dengan koordinat 6º 11’ 25” LS 106º 50’ 50” BT.
Hasil hisab adalah sebagai berikut : Ijtima’ = Jumat Pahing 1 April 2021 pukul 13:25:54 WIB. Tinggi hilal = + 2º 04’ 12”, Letak Matahari terbenam = 4º 34’ 09” utara titik barat, Letak hilal = 2º 48’ 22” utara titik barat, Kedudukan hilal = 1º 45’ 47” selatan Matahari, Keadaan hilal = miring ke selatan, Elongasi = 3º 24’ 06” dan Lama hilal = 9 menit 49 detik. Hisab yang sama juga dilakukan di seluruh Indonesia. Hasil hisab untuk Surabaya Jawa Timur adalah sebagai berikut; Tinggi 1° 58‛, Elongasi 3° 18‛, lama bulan 9 menit 23 detik.

Sementara sidang Isbat Kemenag RI menetapkan bahwa Awal Ramadhan jatuh pada hari Ahad tanggal 3 April 2022. (red).

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
spot_img

Latest Articles